Thursday, October 7, 2010

Si ganteng Baby Boy


Telah lahir ke dunia sesosok bayi mungil nan ganteng pada tanggal 5 Oktober 2010 di RS Prikasih, Pondok Labu. Saya panggil dia Baby Boy. Karena bayi cowok ini memang belum punya nama. Tidak apa-apa kan saya panggil dia baby boy.

Saya menemani proses ketika si baby boy hijrah ke dunia yang fana ini. Mulai dari dengar jeritan-jeritan ibunya di kamar melahirkan, yang sumpah, membuat saya mengumpat ke diri saya sendiri, kalau satu saat nanti saya hamil, saya nggak mau melahirkan normal. Caesar akan jadi pilihan saya. *nyengir*
Nah, kira-kira sekitar dua jam saya mendengar teriakan adik ipar saya, yang setiap dua menit menjerit. Jujur saja, tidak ada satu kata yang tepat bisa menggambarkan perasaan saya seperti apa. Yang saya rasakan saat itu sungguh-sungguh seperti permen nano nano, campur aduk. Ya ngilu, ya kasihan, ya penasaran, ya mules, ya pusing, dan ya ya yang lainnya.

Tidak lama, ibu saya yang rock n roll itu keluar dari kamar bersalin, ibu saya menghampiri saya sambil menangis dan memeluk saya, “Lan, sudah lahir, adeknya cowok!”
Wow ...
[hening]
Saya takjub. Setelah proses yang menyakitkan itu, perjuangan yang konon katanya antara hidup dan mati, telah tiba didunia seorang bayi cowok. Badan saya sampai merinding. Dan saya ikut menangis deh sama ibu saya.

Selang beberapa waktu kemudian saya mendapatkan kesempatan untuk masuk kedalam ruangan bersalin dan menghampiri si bayi mungil itu dan saya terpana, sungguh-sungguh terpana. Ada bayi mungil diatas dada adik ipar saya, dengan wajah yang super duper innocent, kulitnya putih sekali, mirip bule. Mata saya tidak berkedip.
Yang terlintas dalam benak saya pertama kali adalah “Indahnya jadi perempuan. “ Bisa mengandung dan melahirkan.
Saat itu juga saya bilang dalam hati, “Terima kasih ya, mama, untuk telah bersusah payah mengandung dan melahirkan aku”.
Kenapa nggak ngomong langsung ke ibu saya? Malu ah kalau bilang langsung ke ibu saya, sepertinya situasi dan kondisi saat itu kurang tepat.
*ngeles*

Di ruang depan kamar bersalin, saya duduk, dan saya senyum-senyum sendiri, masih membayangkan wajah bayi mungil nan ganteng itu. Hebat banget ya Tuhan itu?
Hebat sekali dalam membuat konsep kelahiran manusia. Dimulai dari jatuh cinta, kemudian berpasangan laki –laki dan perempuan, kemudian ada tindakan yaitu bercinta dan pembuahan, kemudian hamil dengan segala kerumitannya lalu proses jerit-jerit itu, yaitu melahirkan. Hadir deh, seorang bayi ganteng. Sungguh-sungguh hebat, Tuhan.

Saya masuk ke ruang khusus bayi, dan ditinggal berdua saja dengan si baby boy. Lalu mulai deh saya iseng. Dihadapan bayi cowok nan ganteng itu saya bolak balik bilang ke dia, “Siapa sih ini? Ganteng banget! Kamu siapa sih? Datang darimana? Sekarang kamu ada dimana? Silau nggak? Apa rasanya didalam perut?”
Tentu saja si baby boy diam saja. Tetap tidur. Sedikit nyureng. Kemudian mulutnya agak monyong sedikit. Tubuhnya bergerak sedikit ketika kakinya saya kitik-kitik. Tapi dia sempat membuka mata dan kita sempet lihat-lihatan beberapa detik. Mungkin karena dia sadar mau difoto? *hadeuh*

Tapi bener deh, rasanya sungguh-sungguh takjub. Serius.
Kepala saya penuh dengan kata-kata,
“Kalau saya punya anak, mukanya seperti apa ya? Sekecil ini nggak? Bakal serepot itu nggak ya kalau saya hamil dan melahirkan? Bakal nakal kayak saya nggak ya kalau sudah besar?”
Saya tertawa geli sendiri.
Saya belum berani cium si baby boy. Keliahatannya si ganteng rapuh banget. Padahal saya suka sekali dengan bau bayi. So pure. Begitu murni.

Dan sekarang, entah kenapa, saya jadi lebih menghargai peran perempuan di kehidupan saya. Terutama untuk ibu saya, entah apa yang ada dibenak beliau, ketika hamil dan melahirkan saya, anak perempuan yang keras kepala ini.

[Nyaris menangis. Sudah ah!]

Tuhan, terima kasih, karena hari ketika baby boy hadir, saya mendapatkan kesadaran, bahwa hidup ini, apapun bentuk dan konsepnya, patut disyukuri apa adanya.
Dan Tuhan, tolong jaga hati dan pikiran ibu saya, untuk tetap mencintai anak-anaknya dengan cinta yang tak terbatas. Amin.

Saya masih ingin hidup lebih lama untuk beri ibu saya senyum!

Jakarta, 7 Oktober 2010

No comments:

Post a Comment