Monday, June 18, 2012

MOVE ON


Apa itu MOVE ON? Katanya MOVE ON adalah ketika kita berada pada titik terendah dalam hidup kita, kita harus terus maju. Jangan terlalu lama berkubang dalam kesedihan. Karena hidup terus berputar, waktu terus berjalan, dan masih banyak dari sisa hidup kita yang masih bisa dilakukan selain murung dan diam ditempat karena sedih.

Tanggal 11 November 2011 lalu saya kehilangan seseorang yang sangat berarti untuk saya, seorang sepupu. Namanya Uke. Kami sangat dekat, karena kami sejak kecil hingga beranjak besar sudah dipastikan sering menghabiskan waktu bersama. Banyak hal dalam hidup yang kami lalui bersama. Kenangan indah yang menumpuk.

Dan ketika dia mulai sakit-sakitan tahun lalu hingga pada akhirnya pergi untuk selamanya membuat saya cukup terpukul. Padahal saya biasanya adalah orang yang cepat merasakan dan cepat melupakan, tetapi ternyata untuk kehilangan seorang Uke, hal tersebut tidak dapat saya lakukan. Saya masih saja menghitung hari sudah berapa lama dia pergi, masih menghindari folder dalam laptop yang berisikan kumpulan foto-foto saya dan dia, menghindari pergi ke tempat dimana kami biasa pergi berdua, tidak mau memutar lagu yang biasa kami dengarkan berdua, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya. Karena apa? Karena dalam hitungan detik, air mata saya sudah jatuh luruh. Muka saya sudah banjir oleh air mata. Ternyata, kehilangan Uke sangat memukul saya.
Ternyata kepergian dia tidak semudah melupakan mantan pacar seperti yang sudah-sudah.
Ternyata dia sangat berarti bagi hidup saya.
Ternyata saya sayang banget sama dia.

Kehilangan dia menyebabkan saya tidak produktif menulis puisi ataupun sekedar catatan harian lagi, karena ya itu, tidak makan waktu lama untuk membuat mata saya basah kemudian menangis tersedu-sedu. Jadi lebih baik saya hindari saja hal-hal yang memicu hal tersebut. Hingga pada akhirnya ketika saya mulai membuka kembali blog-blog saya dan memperhatikan kapan terakhir saya menulis puisi dan catatan harian, saya baru sadar mungkin jalan keluar satu-satunya untuk bisa melepas kepergian Uke dengan tegar adalah dengan menghadapi semua perasaan yang bertalu-talu dibenak saya ini. Mungkin saya harus memaksa diri saya untuk menulis, menjabarkan dengan jelas perasaan-perasaan saya, sehingga menulis bisa menjadi semacam terapi untuk saya. Terapi kesedihan. Dengan menuliskan apa saja perasaan-perasaan saya ketika mengingat Uke. Konon hal itu akan mengikis perasaan ‘sakit’ karena ditinggal seseorang yang berarti buat kita. Lalu mulailah saya menulis tulisan ini.

Lagipula saya pikir, MOVE ON adalah pilihan yang saya punya saat ini. Karena waktu terus berjalan dan Uke tidak mungkin kembali, tetapi kenangan manis saya dan dia tetap akan ada dalam hati dan pikiran saya bukan? Toh hal terbaik yang bisa saya lakukan untuk dia adalah berdoa untuk kebaikannya ‘disana’.
Katanya ‘waktu’ juga yang akan ‘menyembuhkan’.

Jangan pernah takut untuk melepas rasa sakit. Karena itu hanya beban yang membuat kita sulit untuk melangkah maju. Sedih boleh-boleh saja, itu sangat manusiawi, but we still have to MOVE ON!

Let’s go!



18 Juni 2012 / Senin
Rumah STIGMA 
Foto dari tumblr