Sunday, January 27, 2013

Ah. Betapa hidup itu seperti odong-odong


Menyikapi sebuah kegalauan seperti yang sedang saya alami sekarang. Rasanya butuh menekan tombol OFF untuk beberapa hari kepada hati dan pikiran sendiri. Sayangnya itu sesuatu yang tidak mungkin. Yang bisa dilakukan hanya menyingkir sementara waktu dari sumber masalah, bermalam disatu tempat, hening, sendiri dan berpikir ulang.

Mungkin tidak perlu juga langsung berpikir dan mencari solusi. Tapi diam saja dan istirahat. Karena rasa lelah yang sudah berakumulasi itu berbahaya untuk kesehatan jiwa. Redakan saja perasaan sendiri, menyurutkan amarah, kekecewaan, kesedihan, menangis dengan bebas, mentertawakan hidup dan diri sendiri. Berada pada satu titik yang membuat saya berpikir bahwa hidup saya ini selalu tersindir oleh humor yang sarkastik.

Melihat kerlip lampu gedung, rumah dan mobil dari ketinggian lantai 12 itu memberikan saya perspektif lain. Melihat langit yang sebentar terang, sebentar gelap dari sebuah ketinggian juga memberikan saya perasaan aneh. Mungkinkah ini semua petunjuk kosmik? Entah.

Perasaan saya sedang tumpul. Otak saya nyaris mandul. Perlu suntik hormon. Hormon bahagia. Tapi katanya bahagia itu harus kita ciptakan sendiri. Bukan dicari. Karena tidak terdapat pada uang. Tidak pada orang. Tidak pada benda. Tapi dari diri sendiri. Ketika level penerimaan diri kita akan fakta-fakta yang terjadi dalam hidup semakin lama semakin baik, mau belajar dan mengambil hikmah dari setiap gelombang masalah yang ada, banyak-banyak berdiskusi dengan orang dari aneka latar belakang, itu malah seperti sekolah tanpa ijazah. Serius. Kadang tidak semua pertanyaan itu ada jawabannya. Kadang hanya perlu kita nikmati saja meski itu akan banyak mengolah perasaan.

Seperti sekarang ketika saya merasa saya butuh istirahat hati dan pikiran. Saya memilih untuk pergi barang sebentar. Berlibur bukan dalam artian sebenarnya. Agar ketika saya pulang, saya kembali bisa dingin dalam menyikapi sesuatu. Kembali tenang dalam mengambil keputusan. Dan tetap waras ketika salah satu pihak mulai tidak waras.

Seperti yang saya baca tadi sore di sebuah majalah gratisan, ada kutipan bertuliskan, “Choose your love, then love your choice, because nobody is perfect”

It’s true. Se true-truenya. *senyum*

Ah. Betapa hidup itu seperti odong-odong. Banyak musik. Berputar. Ada gelak tawa dan ada juga rengekan serta tangisan karena ingin terus mengulang kesenangan yang fana.

Jakarta, 27 Januari 2013